Langsung ke konten utama

Hidup indah sederhana...


Menjadi seorang yang introvert ?
Saat membuka facebook kemarin, menemukan seorang teman share tentang artikel menarik. Artikel tentang seorang yang introvet dan ciri-cirinya. Bahkan judulnyapun agak tendesius, "15 Signs You Are An Introvert And Are Secretly Obsessed With It"

Mari kita ulas artikel tersebut, semampunya ya...
"Let’s get one thing straight: No one is completely and utterly an introvert. People aren’t either introverts or extroverts; they are a combination of both"
Tidak ada orang yang memiliki kepribadian benar-benar seorang introvert atau ekstrovert, merupakan kombinasi keduanya, hanya kecenderungan saja yang membedakan. Namun demikian, berikut ini berbagai hal yang mencirikan kecenderungan introvert:

1. We like to take walks. Lots and lots of walks.
Menyukai perjalanan, menyukai alam bahkan perkotaan. Berjalan merupakan kegiatan favorit, solo tentu saja, karena memungkinkan untuk berpikir, mengamati lingkungan sekitar dan orang-orang di dalamnya, membayangkan kehidupan seperti apa yang mereka miliki dan lalui, dan akhirnya mensyukuri segala takdir hidup atas diri yang diberikan.

2. We have no problem lying at home, doing nothing but rummaging through our thoughts.
Banyak orang yang gelisah dan tidak betah saat hanya tinggal di rumah "doing nothing", tapi seorang yang introvert justru menyenangi ini karena tentu saja jadi memiliki waktu lebih banyak untuk berpikir. Memikirkan suatu hal bukan hanya dari sudut pandang orang pertama dan kedua, tapi juga dari sudut pandang orang ketiga. Betapa kompleknya orang introvert ya :)


3. Books are our poison of choice… but we like movies, too.
Bukan hanya buku yang menjadi teman, tetapi juga film. Menikmati berimajinasi dengan mengintesifkan visual tentang kehidupan yang dimiliki tokoh cerita. Membawa euforia jalan cerita berhari-hari, tak terlalu rela melepaskannya begitu saja.

4. We enjoy talking to people, just not as much as most people do.
Jangan salah, seorang introvert bukan seorang yang asosial. Masih tetap bergaul sebagaimana manusia sebagai makhluk sosial. Namun, jangan harap seorang introvert ini berkeliling dan memperkenalkan diri kepada semua orang. Lebih menyenangi mengamati orang-orang terlebih dahulu, menganalisis, menghitung dan menyimpulkan dengan siapa akan memulai pembicaraan.


5. Our minds are our playgrounds – sometimes quite literally.
Pikiran menjadi istana, atau mungkin lebih tepat sebagai taman bermain. Meski kadang-kadang juga menyerupai perpustakaan. Sangat menyenangi bermain di arena ini. Pikiran berimajinasi dan mengembara tanpa terbatas, tentang kenangan, masa lalu, masa kini, masa depan atau apapun yang diinginkan untuk dipikirkan.

6. We prefer observing over interacting.
Lebih menyenangi berinteraksi dengan orang yang dipilih. Itu-itu saja. Ketika datang ke suatu keramaian lebih menyukai berdiri di pinggir, karena lebih memungkinkan untuk melihat sekeliling, lingkungan sekitar, bukan menjadi pemain tapi pengamat. Tidak perlu semua orang terlibat dan menjadi bagian dari kehidupannya. 

7. We don’t necessarily shy away from all social interaction; we just know when we won’t have fun and decide not to participate.
Bersenang-senang? tentu saja, semua orang menyukainya. Intovert bukan selalu menghindari interaksi sosial, tapi memikirkannya terlebih dahulu kemudian memutuskan untuk berpartisipasi atau tidak. Tidak semua interaksi sosial mudah dan menyenangkan bagi Intovert. Lebih menikmati kegembiraan ketika berbicara dengan diri sendiri. Memutuskan interaksi terbaik yang akan diikutinya yang akan memberikan kegembiraan bagi dirinya meski menurut orang orang lain itu suatu hal yang sangat sepele.

8. We like puzzles.
Menikmati permainan sudoku, teka-teki silang, atau puzzle. Menikmati tantangan dan bergembiran ketika menjadi pemecah soal. Menikmati saat hitungan itu terselesaikan atau cerita misteri berakhir sesuai dengan imajinasi.  

9. We believe people to be the best of puzzles.
Masing-masing orang memiliki teka-teki. Menjadi hal yang sangat mengasyikkan saat berhasil mengurai teka-teki tersebut. Mengamati, menganalis dan menyimpulkan orang lain seperti apa sebenarnya: karakternya, kehidupannya dan sebagainya.

10. We tend to be very picky about our music.
Memilih jenis musik yang disukai. Bukan hanya melody yang enak, namun juga lirik yang apik. Menikmati lirik secara rinci untuk kemudian membentuk cerita dibalik lirik tersebut. Mampu memutar dan bersenandung lagu dalam pikiran, dari awal sampai akhir, beserta cerita yang menyertainya.

11. When we like something, we love it; when we don’t like something, we hate it.
Ketika menyukasi sesuatu, menyukainya sangat. Ketika tidak menyukai, membencinya juga. Memiliki batas yang tegas diantaranya. Memiliki batasan detail tentang apa yang disukai dan tidak. Apakah hal ini baik atau tidak? masih diperdebatkan oleh para pihak. 

12. We don’t keep many friends, but the bonds we do build are stronger than average.
Memiliki batas-batas yang jelas: apa yang disukai dan tidak disukai, apa yang diinginkan atau yang harus dihindari. Bisa saja ikut dan turut serta dalam suatu komunitas, tapi bisa jadi tidak merasa menjadi bagian dari komunitas tersebut. Saat bertemu dengan orang yang tidak sesuai, introvert ini benar-benar defensif, membuat lingkaran batas tegas memagari agar orang tersebut tidak masuk. 

13. We don’t often let people in, but when we do, we open up like a book.
Menjadi pribadi yang mengamati banyak orang. Menjadi seperti sebuah buku yang memuat cerita dan informasi banyak hal. Saat awal, mungkin tidak ada yang tertarik, tapi begitu orang lain berhasil membukanya, mungkin saja orang itu mengambil pelajaran banyak hal seperti saat seeorang membaca sebuah buku, dan akhirnya menikmatinya. Pada awalnya buku itu tertutup erat, tapi bisa sedikit membuka ketika bertemu dengan orang yang pas dan terpilih.

14. You know the quiet-on-the-streets-freak-in-the-sheets type?
Membiarkan energi terbungkus, membiarkannya sedikit longgar pada orang-orang terpilih. Faktanya kadangkala, lebih banyak memikirkan apa yang bisa dilakukan untuk orang-orang terpilih itu. Tidak mau terlihat show atau aktif, tapi membantu dari belakang tanpa terlihat jelas oleh penonton. 

15. We often get lost in our thoughts, even when someone is talking directly to us.
Kadangkala tersesat dalam pikiran, bahkan saat orang lain sedang berbicara. Saat berbincang dengan orang lain, intovert ini melihat atau menatap mata lawan bicaranya, namun bisa saja pikirannya tidak sedang dalam isi pembicaraan, atau justru mengamati dan menikmati gaya bicara atau gesture lawan bicaranya, bisa jadi. 

Introvert ini ada di suatu tempat, berkeliling melalui beberapa titik. Berkeliling itu tidak akan mengubah dirinya, yang mengubahnya adalah saat dia berpaling dan kembali pada dirinya sendiri: melihat, memikirkan dan menyimpulkanya.

Artikel secara lengkap dapat dibaca di sini

Komentar