Menghilangkan Sifat Iri dengan Bersyukur.
Mengeluh adalah hal yang sangat mudah
dilakukan dan bagi beberapa orang hal ini telah menjadi suatu kebiasaan.
Kalau kita termasuk orang yang suka mengeluh maka ketahuilah bahwa
kebiasaan mengeluh tidak akan membuat situasi yang kita hadapi menjadi
lebih baik, malahan hanya akan menguras energi dan menciptakan perasaan
negatif yang tidak memberdayakan diri kita.
Salah satu perasaan negatif dari
mengeluh yang akan timbul yaitu penyakit iri. Iri merupakan penyakit
yang tidak senang akan rizki/rejeki dan nikmat yang didapat oleh orang
lain dan cenderung berusaha untuk menyainginya. Namun Iri yang
diperbolehkan dalam Islam ada dua macam yaitu ingin menjadi orang yang
kaya dengan hartanya untuk beramal atau bersedekah serta orang berilmu
dan mangajarkannya kepada orang lain.
Ada kisah dari pemateri dulu semasa
sekolah dan kuliah. Ketika MTs pernah merasa iri melihat teman
sekelasnya yang kebetulan sering bersaing memperoleh peringkat dikelas.
Pemateri berusaha menyaingi teman tersebut dengan belajar lebih giat dan
lebih rajin dari biasanya, sampai akhirnya pada pengumuman hasil UAN,
mendapatkan nilai akhir ujian tertinggi di sekolahnya. Pernah juga
ketika ada teman kuliah yang berhasil mendapatkan beasiswa BU DIKTI
pemateri merasa temannya lebih beruntung dan lebih sukses, membuat
pemateri mengabaikan kenikmatan yang Allah berikan.
Dari cerita tersebut, dapat diambil dua
pelajaran. Sisi positifnya dengan prestasi yang diaraih teman-teman
sekolah atau kampus bisa memotivasi diri untuk lebih baik. Kedua segi
negatifnya bisa muncul resah kemudian sifat iri karena tersaingi, jika
penyakit ini tidak terkendali bisa mengalami putus asa bahkan depresi.
Jadi cara mengatasi sifat iri sebenarnya
mudah, kita hanya perlu belajar bersyukur dalam segala keadaan yang
kita hadapi. Percayalah bahwa di balik semua hal yang kita sering
keluhkan pasti ada hal yang dapat disyukuri. Para ahli psikologi
mengatakan "Sikap bersyukur adalah emosi yang tersehat".
Selain itu, seorang pakar stress bernama
Hans Seyle juga berkata, "Sikap bersyukur menghasilkan energi emosional
lebih daripada sikap yang lain dalam hidup ini". Yang menarik adalah
kita selalu dapat memilih dalam setiap kejadian yang dihadapi apakah
kita akan mengeluh kemudian iri atau bersyukur.
Menumbuhkan kesadaran diri bahwa
kenikmatan itu pemberian Allah SWT, sehingga wajar apabila suatu saat
Allah memberikan nikmat kepada seseorang dan tidak memberikannya kepada
diri kita. Sifat iri karena kita kecewa bahwa realitas yang terjadi
tidak sesuai dengan harapan atau keinginan kita. Dan kita perlu sadari
bahwa hal ini akan terjadi hampir setiap hari dalam kehidupan entah di
kantor atau rumah yaitu kenyataan yang terjadi seringkali tidak sesuai
dengan apa yang kita inginkan.
Kemudian menjalin persaudaraan dengan
orang lain, akan memutus sifat sombong dalam diri. Ada orang-orang
tertentu yang memang dalam lingkup sosial kurang peka, dan lebih
mementingkan hak dirinya sendiri.Bersosialisasi antar rekan kerja akan
menumbuhkan empati dan rasa sayang terhadap sesama, sehingga terhindar
dari perasaan benci dan tidak senang apabila orang lain mendapatkan
keberuntungan (kesenangan).
Mulai sekarang ambil waktu untuk
bersyukur setiap hari. Bersyukurlah atas pekerjaan, kesehatan, keluarga
atau apapun yang dapat kita syukuri. Bersyukurlah lebih banyak serta
percaya diri maka hidup kita akan lebih mudah dan beruntungan. Kalau
semakin banyak bersyukur atas apa yang kita miliki, maka semakin banyak
hal yang akan kita miliki untuk disyukuri. Tetapi, jika semakin banyak
kita mengeluh dan iri kepada orang lain, maka jangan heran jika rasanya
semakin banyak masalah yang kita alami untuk dirasakan.
(Red.Humas Saintek;Ch/Disarikan dari materi Breafing Senin 17 Februari 2014 )
Komentar
Posting Komentar